Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Nama Adalah ....

Pixabay.com 


Ciluk Ba! aku Patuan Carang blog kali ini mengulas tentang nama.

Menurut Wikipedia, nama adalah sebutan atau label yang diberikan kepada benda, manusia, tempat, produk(misalnya merek produk), dan bahkan gagasan atau konsep, yang biasanya digunakan untuk membedakan satu sama lain.

Aku sendiri memiliki nama Patuan Carang Pasaribu. Namun, saat perkenalan, banyak orang memplesetkan namaku dengan niatan melucu atau bercanda. Misalnya gini,  "Perkenalkan nama ku Patuan Carang Pasaribu." Tak lama berselang, kawan bicara pasti nyeletuk "Gak Patuan jarang mandi aja..?"
Sumpah itu norak plus gak lucu.

Mulai dari awal lagi ye, biar gak tegang tegang amat. Perkenalkan namaku Patuan Carang Pasaribu, biasanya banyak laki-laki memanggil dengan sebutan Tuan, dan perempuan banyak yang memanggil dengan sebutan Papa.
Ah ada ada saja, kan.

Nggak nggak kok, biasanya aku dipanggil dengan sebutan Patuan. Tapi lebih senang dipanggil Patuan Carang, sih. Dan paling gak senang kalau udah dipanggil batuan, padahal kan patuan itu ada artinya. Patuan itu artinya raja. Raja Batuan.

Eh nggak kok, nama Patuan itu diambil dari nama asli Sisingamangaraja XII, yang Pahlawan Nasional Indonesia asal Toba, Sumatera Utara ini memiliki nama lengkap Patuan Bosar Ompu Pulo Batu.

Untuk nama Carang itu, kalau laki-laki yang menanyakan apa arti Carang, aku bakal jawab Carang itu artinya garang sembari menunjukkan ekspresi wajah seram, ya walaupun gak seram seram amat atau bahkan gak ada seramnya sama sekali. Dan untuk kaum hawa, aku bakal jawab Carang itu artinya Caranghae sembari menunjukkan finger heart ala Korea.

Oh iya soal sebutan batuan itu sendiri, itu masih mending. Noh, teman aku namanya Saripudin dulu dia sering dipanggil Sari tapi sekarang udah dipanggil Tuhan.

Ada lagi, orang yang namanya udah dipanggil berkali-kali tapi kagak mau respon. Misalnya, aku memanggil teman aku yang namanya Andre. "Dre.. Andre." dia tetap diam, lalu dipanggil lagi tapi tetap nggak respon. Akhirnya disamperin lalu bertanya "Dre..kamu tiap dipanggil kok gak mau nyahut, sih? Kenapa? ada apa?". Hening sejenak.
"iya, nih." suara andre memecah keheningan "aku gak senang dipanggil Andre, aku senangnya dipanggil timnas."

Oh, ya. Beralih ke yang lain. Kalau diperhatikan, nama-nama bocil jaman sekarang pada panjang panjang, ya. Udah nama panjang yang dipanggil cuma satu kata atau bahkan satu suku kata aja. Contohnya Frezcka Dwi Riana Sukma Ati Cahya. Panjang amat kan.
Nah, coba bayangkan kelas dalam kondisi kotor lalu guru bertanya siapa aja yang piket. Padahal yang piket cuma 4 orang tapi serasa satu kelas yang disebutkan. Contohnya guru bertanya "Siapa yang piket hari ini?" terus ketua kelas bicara "Frezcka Dwi Riana Sukma Ati Cahya, David Arsha Arsesha, Anita Lara Rahmawati, Riski Lancar Restu. Mereka yang piket hari ini, Bu."

Oh iya, sebelum aku lanjut membaca, siapapun kamu (perempuan), apapun nama kamu, baik itu Ayu. Yani, Rani, Nisa, atau apapun. Kamu gak cocok dipanggil dengan nama tersebut. Kenapa? Kamu lebih cocok dipanggil Yang.

Dan buat kamu laki-laki, apapun nama kamu, Joko, Lukas, Yoga, atau apapun nama kamu, kamu bisa panggil aku dengan sebutan Yang..... Mulia raja. Raja apa?

Oh iya aku mau cerita sedikit, pertama aku kerja dan merasa sangat capek, aku ingat betul, aku ngeluh dekat mamak ku.

"gimana kerjanya?"
"capek kali, mak."
"namanya juga kerja."
"tapi banyak kali yang  ku kerjakan tadi, yang lain pada ngular."
"namanya juga hidup. Dimana pun ada aja orang yang kayak gitu. Itu pak tua mu, kek mana kerjanya?"
"ah, sama saja. Kerja sebentar istirahat, kerja sebentar merokok."
"namanya juga dia udah tua."
"mak, di tempat kami juga para ciwi-ciwi nya kerjanya juga lumayan santai, padahal gajinya beda dikit dengan kami."
"namanya juga anak laki-laki, yang berat-berat lah yang dikerjakan.

Tambahan cerita bohong untuk melengkapi cerita diatas: Tiba-tiba datang mamak orang lain
" eda, gimana ini anaknya, dilempari anak ku sama adiknya si Patuan."
Terus mamak ku nyeletuk " namanya juga anak-anak, eda. Biasa berantam berantam kek gitu."

Ada yang bilang, nama adalah doa orang tua dengan harapan kelak anak menjadi sosok yang berguna yang berkaitan dengan arti nama anak tersebut. Misalnya, namanya Bayu. Bayu artinya angin yang mana ada harapan orangtua kelak anak tersebut menjadi sosok penyejuk(pemuka agama misalnya)

Udah gitu, yang aku tahu, memberi nama anak itu butuh perjuangan dan kesabaran yang ekstra, karena nama itu hasil perundingan yang berasal dari pihak suami dan istri, atau bisa saja dari keluarga suami dan istri yang mana butuh musyawarah untuk menentukan nama anak tersebut. Bahkan, bisa saja nama tersebut berasal dari orang di luar keluarga suami maupun istri. Misalnya adikku, namanya Natalia. Nama Natalia tersebut hasil pemberian dari seseorang pendeta karena dikku tersebut lahir ketika malam natal anak-anak.

Nah, bayangkan orang tua capek-capek nyari nama yang tepat untuk anaknya, eh anaknya malah jadi hode karena pakai akun dengan nickname perempuan di game online. Emang anak durhaka.

Lagi, coba bayangkan kamu memiliki teman atau abang-abangan mu namanya Satria Keto. Tapi malah kita panggil bangsat. Cari alternatif nama lain dapatnya jadi bangke. Dari pada jadi dosa ke kita, kita panggil saja dengan sebutan Bang Tria atau Bang Ria. Kan, gak jadi kata-kata kotor atau umpatan.
Eh, tunggu dulu, kalau dia gak terima dipanggil Bang Tria atau Bang Ria, dia tumbuk kita ya tidak apa apa, kan pahala dia bisa berkurang dan ke kita . Wait, kalau begini jadinya nama adalah dosa. 

Catatan kecil: untuk kamu yang tetap ngeyel mau memanggil dengan sebutan Bang Tria atau Bang Ria, konsekuensi yang kamu dapat di luar tanggung jawab ku. Please don't try it. 

Ada pepatah menyatakan tak kenal maka tak tayang, eh tak bayang, eh tak kayang, tak dayang, tak eyang, tak layang,tak wayang, tak mayang, tak payung(eh apaan sih). Eh susah kali sih nulis tak sayang.

Justru seharusnya tak kenal maka perkenalan dulu dong. Gimana mau disayang kalau tak kenal yang ada malah kenak tumbuk. Semuanya kan berawal dari perkenalan lah.

Misalnya seperti cerita berikut: berawal dari perkenalan ku dengan tante Ani yang tak disengaja di suatu pernikahan salah satu teman mama ku. Hingga akhirnya kami menjalin komunikasi secara intens dan.... Bersambung.

Iya, semuanya berawal dari perkenalan, coba bayangkan kalau kita gak kenal dengan seseorang, yang pasti kita tidak tahu siapa nama dia. Kalau gak tau kan jadinya bingung mau memanggilnya dengan sebutan apa. Masa iya kita panggil woy atau bro terus.
Itu salah, harus kenalan dulu dong.

Oh iya kenal pun kita tapi kalau ingat nama dia sepenggal-sepenggal juga salah. Misalnya memanggil seseorang "hey, Jing." dan  "woi Tol." Padahal nama panjang mereka keren Jing Yu Kok dan Tolentino Toli.

Mengenai perkenalan, orang yang memiliki nama Bagus, Indah, dan Cinta itu harus memiliki mental yang kuat apalagi disaat momen percakapan dibawah ini.

1. Bagus: "Perkenalkan nama saya Bagus, Bu"
Bu kost: "wes, pasti lah Bagus, kamu kan ganteng. Jadi nama kamu apa?"
Bagus: "nama saya Bagus, Bu."
Bu kost: "iya, Bagus apa?"
Bagus: "Bagus Joyo, Bu.
Bu kost: (dengan nada sangat pelan)" bagus dari mananya nama Joyo."

2. Om:" kamu pasti memiliki nama yang indah
Indah: "iya, om. Nama aku Indah.

Untuk nama Cinta itu sendiri, gak cuma si Cinta, bahkan kita yang jadi teman cinta pun harus memiliki mental yang kuat. Bayangkan kita ini yang laki-laki memanggil Cinta dengan sebutan apa? tepat sekali, jawabannya Cyn. Seperti "Hey Cyn. Apa kabar?" atau "Hey Cyn dipanggil om Iwan tuh."

Tidak cuma itu, orang lain yang gak ada kaitannya sama sekali dengan dia pun harus memiliki mental yang kuat juga. Misalnya saat perkenalan
"perkenalkan nama saya Cinta"
Terus orang itu menjawab"oh ini yang namanya Cinta, yang diceritakan oleh orang banyak di luar sana (cie ketahuan jomblonya)

Gak adil kalau cuma menceritakan orang di sekitar Cinta saja. Sekarang kita beralih ke si Cinta itu sendiri. Coba bayangkan Cinta mengantre sembako di kantor lurah.
Kan misalnya.
Terus panitia ngomong "antrean nomor 69 atas nama Cinta."
Haaaaa.

Itu yang antre, yang jumlahnya 666 ada yang gak peduli, ada yang tertuju pada Cinta, ada yang nahan ketawa, ada yang kaget dengan nomor 666, ada yang nahan senyum (pembaca), ada yang baca cerita ini cuma dari dalam hati...................Lalu seolah olah bicara enggak kok.
Jadi aneh kan?
Memang. Memang cinta itu aneh.

Udah, gak usah dilanjutin lagi, kasihan si Cinta pasti lagi bersin bersin dia sekarang.

Dan, entah kenapa aku merasa 70% atau bahkan lebih dari kita pasti:

1. Ketika sekolah pernah memiliki guru dengan nama Pak Budi. Iya kan?
Kalau guru perempuan udah pasti Bu Nur lah. Tidak cuma itu, kita juga pasti punya teman yang bernama Riski dan Dwi. Ada juga yang namanya Rizki pakai z gak pakai s, soalnya kalau s pasti dingin.


2. Pasti pernah main ejek-ejekan nama orang tua teman.

Dan gilanya lagi, ada aja teman-teman kampret yang niat sekali mencari nama orang tua Sampai-sampai pura-pura main ke rumah terus cari rapot atau melihat lihat ke dinding siapa tahu ada nama orang tua terpampang di dinding, atau melihat lihat apakah ada kertas undangan pernikahan ( oh iya, kamu kapan nikah?), bahkan pura-pura bantuin guru bawa rapot atau mengisi rapot, atau diam-diam buka rapot teman di perpustakaan atau kantor guru.

Makanya, momen pembagian rapot bukan hanya menjadi ajang cari tahu nilai sendiri, nilai teman, tapi juga ajang cari tahu nama orang tua teman. Sampai-sampai tu rapot dipegang mulu. Kalau teman nanya langsung kasih tau nilainya. Kalau masih kurang percaya, akhirnya buka rapot tapi nama orangtua di biodata ditutup sampai lupa kalau tempat tanda tangan orang tua belum ditutupin.

Di momen lain, yang menjadi gak enaknya adalah, kalau orang tua punya nama yang random. Misalnya Sabar atau Bagus.

Misalnya seorang teman sengaja membuat marah teman lainnya ketika ngobrol ke teman itu dengan canda "nama bapak kamu Bagus, ya."
Itu antara pertanyaan dan pernyataan, ya.

Kalau nama bapaknya Sabar, misalnya ada 2 atau lebih teman di ujung kelas pura-pura berantam dengan maksud candain teman yang nama orang tuanya Sabar dengan contoh "aku udah cukup sabar, ya!", "untung aku orangnya sabar!", "woi sabar woi!" dan kalau ditegur selalu cari pembenaran dengan dalih ingin mengntrol diri.

3. Punya teman nama udah keren eh malah yang dipanggil dengan sebutan yang aneh aneh.
Misal namanya Frezcka Dwi Riana Sukma Ati Cahya dipanggil Echa atau Caca. Dan ada lagi namanya Mark Antonio dipanggil Enceng. Dari mana jalannya coba?

4. Punya teman laki-laki tapi namanya identik dengan nama perempuan.
Ada kan?
Misalnya, namanya Eka tapi orangnya laki-laki.

Di tempat ku sendiri, dulu populer nama siang nama malam.
Misalnya nama siangnya Rio, malam namanya Ria,
Nama siangnya Rian, malam namanya Riana,
Nama siangnya Fitra, nama malamnya Fitri,
Siang namanya Yanto malam namanya Yanti.
Dulu aku gak ngerti sama sekali arti nama malam nama siang sampai akhirnya aku tahu ada orang di dekat tempat ku, namanya Bambang ganti namanya menjadi Angel.

5. Punya teman nama sama muka gak sinkron.
Misal namanya Raka eh mukanya... Bukan mau face shaming, tapi standar itu kita sendiri yang ciptakan.

6. Punya teman yang berdasarkan kitab suci padahal kelakuannya bak iblis.
Kalau itu sih bukan salah namanya, tapi emang orangnya aja yang biadab.

For your information, di Indonesia ada banyak nama Muhammad atau Ahmad, di Vietnam ada banyak nama Nguyen, di Korea ada banyak nama Kim, di Australia ada banyak nama Smith.

Ya itulah artikel kali ini mengenai nama. Sebagai penutup, ada games atau tantangan dari ku. Gamesnya ABC LIMA DASAR.

Mulai! ABC LIMA DASAR!! 
OKE A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M!!!! 
M ya. Oke, sebutkan nama-nama mantan kamu!!! 

Katakan sekali lagi!!!

Lebih keras!!! 

Akhir kata ku ketik Ciluk Bye-Bye!